Sabtu, 26 Desember 2009

Refleksi Hari Ibu : Memandang Perempuan Dari Perspektif Lain, Sebuah Usaha Pembebasan Dari Belenggu Patriarkal.

Sebenarnya tulisan ini secara khusus akan saya terbitkan di blog saya ini bertepatan dengan Hari Ibu tanggal 22 Desember. Akan tetapi dikarenakan kesibukan saya (*hehe… sok sibuk sich), tulisan ini baru bisa diterbitkan sekarang. Ada hikmah dibalik keterlambatan (terbit) tulisan ini, hikmahnya saya mendapatkan sumber yang cukup bagus dari salah satu kawan FB saya (*yang tulisannya akan kami sertakan disini).

Memandang perempuan dari perspektif lain, itulah tema yang saya angkat disini, jadi disini kita mencoba memperbaharui sebuah pandangan, tentunya pandangan / pendapat yang sudah mapan, tentang perempuan. Dimana pandangan yang baru ini akan menjadi sebuah counter ideology dari pandangan yang sudah mapan. Mengapa pandangan kita perlu diperbaharui ?, mengapa pula tidak mempertahankan pandangan yang sudah ada, atau sudah mapan dan akrab dengan pekiran kita?, mungkin didalam fikiran sidang pembaca sindhubayu.blogspot.com (*hehe…) bertanya – tanya seperti itu?. Jawabannya bisa kita temukan setelah Anda membaca keseluruhan tulisan ini

Bung Ismantoro Dwi Yuwono, dialah salah satu kawan FB saya, dari beliaulah saya mendapatkan sumber yang cukup menarik, tentunya tentang pandangan beliau terhadap kaum perempuan (khususnya : Ibu). Bagaimana pandangannya terhadap perempuan ?, mari kita baca tulisan dibawah ini :

Sebagian orang mengatakan bahwa kemampuan intelektual perempuan lebih inferior, lebih lemah, lebih emosional dan hanya sekedar pelengkap dari eksistensi laki-laki ketimbang mitra yang sejajar untuk laki-laki! Bagi-ku pernyataan-peryataan tersebut sangatlah bias gender dan sesat!! Bagi-ku perempuan adalah sosok manusia yang cerdas, perkasa dan ... See More memiliki kesejajaran dengan laki-laki. Coba kita kilas balik ketika Adam dan Hawa diciptakan, lalu kita bertanya: Apa yang menyebabkan Adam dan Hawa dilempar ke bumi oleh Tuhan?! Jawab: Itu karena kecerdasan yang dimiliki oleh Siti Hawa. Kalao memang laki-laki lebih pintar, kenapa Siti Hawa mampu untuk meyakinkan Adam untuk memakan buah kuldi?! Harus digaris bawahi, kemampuan untuk meyakinkan seseorang adalah kemampuan yang luar biasa yang dimiliki oleh seseorang. Aktivitas meyakini ini membutuhkan kecerdasan yang memadai dan daya kritis yang terasah.... Yah, Siti Hawa mampu untuk melakukan hegemoni intelektual ke dalam kesadaran Adam!! Secara analogis buah kuldi yang dimaksud tersebut, sebenarnya adalah ilmu pengetahuan.... Tuhan, ketika itu, melarang Adam dan Hawa untuk memakan buah kuldi tersebut, karena Tuhan takut manusia nantinya akan memiliki pengetahuan, yang pada gilirannya akan membawa manusia untuk menjadi seperti Tuhan (ingat Tuhan dekat di hati kita semua, lebih dekat ketimbang urat leher kita!!). Untuk keperkasaan, sebenarnya perempuan lebih perkasa dari laki-laki: Ia mampu melahirkan satu bentuk kehidupan baru (baca: Regenerasi), karena perempuanlah manusia membiak dan membentuk peradaban-peradaban yang melampaui kodratnya sebagai sendiri sebagai manusia!! Bersimpuh-ku ditelapak kaki perempuan, dan tidak berlebihan apabila surga ada di bawah telapak kaki perempuan (baca:Ibu).( Naskah Asli, Tanpa Proses Editing)

Pandangan dari Bang Isman tadi adalah salah satu dari beberapa pandangan yang saya anggap berbeda dengan pandangan yang sudah mapan sekarang ini tentang perempuan. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa pandangan yang ada sekarang ini (yang mapan) tentang perempuan terlalu bias (kekeliruan) jender, timpang, dan menumbuhkan rasa ketidakadilan, tentunya bagi kaum perempuan. Sebagai contoh, sebuah pandangan yang menganggap bahwa perempuan itu adalah pengggoda, perempuan itu racun, perempuan itu lemah, perempuan itu hanya konco wingking, dll, pandangan – pandangan tadi seolah – olah memberikan sebuah stereotip (cap negative) bagi kaum perempuan. Belenggu patriarkal, yang menganggap bahwa laki – lakilah yang dominan itu semua jelas – jelas merupakan sebuah pandangan yang bias jender, tidak adil, dan jauh dari prinsip kesetaraan hak, dan tentunya mengingkari Hak Asasi Manusia.

Termasuk pula keyakinan yang mengataka bahwa kodratnya perempuan itu dibawah (dikuasai laki – laki), ini pandangan yang rancu, absurd. Bicara masalah kodrat, kodrat adalah pemberian Sang Pencipta kepada yang diciptakannya. Sifat kodrat ini sulit, bahkan tidak bisa dirubah. Sebagai contoh kodrat laki – laki dan perempuan, bahwa laki – laki memiliki penis, perempuan memiliki vagina, ini adalah sebuah kodrat yang sulit untuk dirubah. Meskipun seiring kemajuan teknologi sekarang ini bisa merubah alat kelamin, tetapi yang perlu digaris bawahi disini bahwa perubahan itu tidak sampai pada perubahan fungsinya. Inilah yang dinamakan kodrat menurut saya.

Lebih parahnya lagi kita terkadang hanya memaknai perjuangan jender itu adalah perjuangannya kaum perempuan untuk merebut dominasi laki – laki dan menggantinya dengan dominasi perempuan. Kita kliru jika memaknai jender itu dalam arti jenis kelamin, dan parahnya lagi, jenis kelamin yang dimaksud jenis kelamin perempuan. Sebenarnya apa sih jender ?, menurut Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa jender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki – laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Jadi perlu kita garis bawahi disini, yang namanya perjuangan jender itu berlaku untuk keseluruhan, baik perempuan dan laki – laki

Prinsip kesetaraan dan keadilanlah yang seharusnya dikejar dalam perjuangan jender.Termasuk juga usaha pembesasan dari jeratan belenggu patriarkal harus dilakukan untuk menghindari ketimpangan dan ketidakadilan. Ini semua bisa kita lakukan salah satunya dengan cara membuat sebuah counter indeology (ideology tandingan) untuk melawan pandangan yang sudah mapan sekarang ini (yang sarat dengan ketidakadilan). Dan yang perlu ditekankan lagi disini, tujuan pembebasan ini antara lain, agar di hari esok laki – laki dan perempuan bisa hidup berdampingan dalam sebuah bingkai keadilan.

Readmore »»

Rabu, 09 Desember 2009

Koq Jarang Bicara Soal Cinta ?

Wah, judulnya menarik juga ya ? Apalagi untuk anak – anak se- usia saya ini, hehe..

Sebenarnya judul tersebut saya ambil dari pengalaman pribadi saya. Maksudnya begini, selama ini kan saya coba – coba nulis, berdiskusi, ngobrol dengan teman – teman, nah… ketika saya nulis, ngobrol, diskusi, jarang sekali atau bahkan belum pernah kali ya? topik yang saya angkat itu mengenai “cinta”, mengapa saya seperti itu ?

Sebenarnya begini, kalo “cinta” dengan orientasi makna yang mengarah ke pacaran, seperti selayaknya anak – anak muda yang sedang memadu kasih (cie..), makna “cinta” itu sendiri semakin menyempit. Karena, seandainya makna “cinta” menjadi seperti tadi, saya takut makna “cinta” yang selama ini indah justru akan terdistorsi, sehingga maknanya pun menjadi absurd atau tidak jelas, atau bahkan malah menjadi sangat memuakkan. Lalu sebenarnya bagaimana saya memaknai “cinta” itu sendiri ?. Makna “cinta” yang saya yakini adalah bahwa “cinta” itu nggak hanya berorientasi pada makna pacaran, dan tentunya nggak sesempit itu, cinta itu universal, sehingga menimbulkan efek yang universal pula. “Cinta” itu nggak sebatas dengan lawan jenis, “cinta” berlaku kepada semua umat manusia, atau mungkin bisa lebih luas, yaitu sesama makhluk hidup, inilah yang saya maksud dengan mengapa “cinta” itu universal.

Atau mungkin kita bisa kembali mengingat apa yang pernah diutarakan El Jalaluddin Rumi, dia berpendat “bahwa dunia ini tercipta karena cinta”, memang ini merupakan pendapat yang kontriversial, atau bahkan mengada – ada ?, tentunya jika pendapat tadi hanya mengacu pada teori ilmiah dan bukti empiris, bahkan ini pendapat yang irrasional jika mengacu pada landasan tadi. Akan tetapi, sebenarnya apa yang dikatakan El Jalaluddin Rumi pun tidak mengada – ada, kalau kita coba menginterpretasikannya secara luas, bukan hanya dilandaskan pada teori ilmiah, atau bukti empiris.

Saya pernah menulis sebuah sajak, puisi, prosa, atau apalah.. (saya pun bingung menyebutnya, karena cuma asal, asal nulis maksudnya, hehe…), yang diakhir kalimatnya disitu saya tulis bahwa “cinta itu seperti sampah”. Ini cukup menimbulkan reaksi yang cukup menarik dari kawan – kawan dan saudara saya yang membaca tulisan itu. Mengapa saya menulis seperti itu ?, jawabannya ya itulah makna “cinta” yang terdistorsi yang saya maksudkan. Begini – begini, hehe.. makna “cinta” itu kan sebenarnya indah, tapi ketika makna “cinta” itu terdistorsi ya.. seperti itu tadi ,“cinta” itu akan seperti sampah yang memuakkan. Jadi bukannya saya tidak pernah bicara tentang “cinta”, saya sering bicara mengenai hal tersebut, bahkan saya sangat respect tentang masalah itu. Tapi ketika Anda memaknai “cinta” hanya sebatas seperti yang telah saya sebutkan di muka, ya… konsekuensinya Anda melihat saya seolah – olah adalah orang yang nggak butuh “cinta”.

Di akhir coret – coretan saya ini, saya berharap agar “cinta” itu dimaknai secara universal, sehingga menimbulkan efek yang universal pula. Saya butuh “cinta”. Anda butuh “cinta”. Dunia butuh “cinta”. Semua yang ada di alam semesta butuh “cinta”. Pakailah bahasa “cinta”, buang jauh – jauh bahasa kekerasan dari muka bumi ini. Tidak ada yang saling hina, caci - maki satu sama lain. Tidak ada perang. Sehingga kedamaianlah yang tersisa !.

(*sumbangan untuk dunia, yang sedang mengalami krisis “cinta” )

Readmore »»

Minggu, 06 Desember 2009

Manis - Asin Sebuah Persahabatan (Pengantar)

Kisah ini bercerita tentang sebuah persabatan (tentunya kalau membaca judul dari tulisan ini) beberapa anak manusia, persahabatan ini berawal dari kampus di sebuah perguruan tinggi swasta di Solo, eh.. ralat bukan Solo, tapi meh Solo, selayaknya kepanjangan dari nama universitas tersebut UMS ( Universitas Meh Solo ), hehe…
Mereka pertama kali bertatap muka ketika masa – masa OSPEK, ya.. selayaknya mahasiswa baru gitu, pertama kali lagaknya masih kaku dan malu – malu gimana gitu. Tapi setelah beberapa hari, suasana percakapan mereka pun sudah sedikit cair, berani bersenda – gurau, tertawa – tawa, pokoknya selayaknya sahabat akrab gitu deh…. . Kemana – mana pun bersama – sama, pokoknya semakin hari, semakin tambah akrab sekali.

Mereka membuat sebuah perkumpulan sendiri, seolah – olah memisahkan diri dari dunia kampus yang pada saat itu seperti sebuah panggung pentas drama, yang diatas panggungnya berdiri sekumpulan artis – artis yang pandai bersolek (dandan). Cuek kronis…!, inilah salah satu karakter dari sekumpulan anak - anak malang ini, joinan rokok, dandanan agak slenge’an, ceplas – ceplos, itu semua dilakukannya dengan enjoy.. tanpa beban, seperti dunia ini hanya mereka yang menguasai.
Perkumpulan anak – anak malang ini, pertama kali terdiri dari 8 orang anggota, dari setiap anggota – anggota itu pun memiliki karakter unik sendiri – sendiri. Adapun nama – nama anggota beserta karakter dari ke 8 orang tersebut, bisa dibaca dibawah ini :
Benjo, begitulah sapaan akrabnya, anak Boyolali, tampang boleh lah.. (boleh dihina maksudnya, hehe..), sebenarnya memiliki nama asli Supriyadi Dwi Atmojo, nama yang indah dan berwibawa, asli pemberian orang tuanya, cukup indah bukan ? tapi temen – temennya lebih suka manggil dia “Benjo”, simple, begitulah alasan temen – temennya. Karakter anak ini sangat unik, unik sekali bahkan, super cuek, super ceplas – ceplos (waton njeplak, kalo bahasa jawa-nya), pokoknya yang super – super deh……..
Guntur, anak Boyolali juga, bertampang lumayan rupawan (inget lho… lumayan bukan mutlak), orangnya pemberani (kalo orang – orang bilang Cong Culin.. gitu ), ceplas – ceplos juga sih.. tapi mungkin masih sedikit mikir – mikir, he.., cuek ? Pastinya lah…
Memet, anak Boyolali juga ni.., tampangnya lumayan (lumayang enak untuk ditampar, maksudnya, hehe…), agak playboy dikit. Karakter anak ini sebenarnya agak pemalu, (ya.. walaupun kadang – kadang malu – maluin juga sich…,hehe..), agak berbeda dengan rekan – rekan yang lainnya karena anak ini untuk masalah kadar kecuekan, tingkatannya cukup rendah, ini terlihat dari busana yang dia pakai sehari – hari, cukup fashionable, walaupun terkadang terlihat seperti dipaksakan sich… . Mungkin kalian berpikir, “koq bisa ya anak ini masuk dalam jajaran perkumpulan anak – anak nggak jelas seperti ini?, padahal gaya berpakaiannya cukup up-to-date ? ini kan bertolak belakang dengan prinsip kelompok ini?”, sebentar… jangan salah dulu, ok lah anak ini penampilannya cukup rapi,, tapi anak ini mempunyai keahlian khusus dalam bidang mengkoordinasi kawan – kawannya untuk patungan membeli rokok, ini jarang – jarang lho..! dan bisa dibilang keahlian yang cukup langka, selain itu juga gaya bicaranya yang halus tapi nylekit juga bisa jadi bahan pertimbangan masuknya dia ke kelompok perkumpulan ini.
Seno, anak rantau dari sumatera, lampung tepatnya, anak ini cueknya minta ampun, mempunyai kadar kecuekan tertinggi kedua setelah benjo, bicaranya juga ceplas – ceplos. Berfikir kritis itulah yang biasanya dia utarakan, radikal dalam bertindak adalah satu sifatnya, dan inilah yang membedakan dia dengan teman – teman yang lainnya. Minum kopi, bersantai ria sambil menghisap berbatang – batang rokok adalah salah satu hobi yang cukup rutin dia lakukan. Karena terlalu concern kepada hobinya tadi, sampai – sampai dia jarang masuk kuliah. Dan inilah salah satu contoh kelakuan radikal Seno, yang sering dia keluarkan, hehe….
Bayu, anak Klaten, bertubuh besar (gendut lebih tepatnya..), tinggi (eh.. nggak tinggi – tinggi amat sich..), cukup cuek, agak ceplas – ceplos, sok- bijak, dan sok-idealis. Kritis, itulah tradisi berkipikir yang dia pakai, sama seperti Seno, inilah yang membuat dia dengan Seno cocok kalo berdiskusi, ngobrol, bahkan kalo sedang asyik – asyiknya bisa sampai berjam – jam. Ada yang unik sich.. kalo Seno tadi kan bertingkah laku radikal, sama, bayu juga radikal, tapi hanya dalam tahap pemikiran. Jadi selain dia tanamkan berfikir kritis, dia juga sedikit menanamkan radikalisme dalam pola pikirnya. Anak ini cukup rajin dalam hal perkuliahan, jadi kadang – kadang dia berada di garda depan jikalau terjadi serangan mendadak yang diluncurkan oleh dosen – dosen.
Kokom, pemuda wonogiri, pemilik nama asli Khomari Edi Setiawan ini adalah pengagum berat icon music reggae, siapa lagi kalau bukan Bob Marley. Karena sangat mengagumi Bob Marley, sampai – sampai penampilannya pun selayaknya anak – anak reggae. Tidak sulit mencari anak ini di kampus, karena selain model – model seperti ini sangat langka ditemui dilingkungan kampus UMS, dia juga cukup rajin masuk kuliah. Kalau memang Anda ingin menemuinya, datang saja ke kampus UMS, dan coba cari orang dengan ciri – ciri seperti ini : badan cungkring, rambut gimbal, berbekal rokok ditangan kanan, kalo jalan santainya minta ampuuunn…. , santainya ibarat alunan irama reggae. Karakter anak ini juga tidak jauh – jauh dari music reggae, santai, tanpa beban, cuek, dan tentunya slenge’an. Berangkat dari karakter santainya ini, dia sering menjadi moderator ketika kawan – kawannya yang lain sedang berselisih pendapat.
Gondrong, dilahirkan di Sukoharjo, bernama asli Ade Fajar Sumirat, anak seorang pejabat, hobi ngulik – ngulik motor dan gitar. Walaupun anak pejabat, penampilan anak ini sangat sederhana sekali, buktinya dia sangat menyukai alunan music dangdut “koplo” yang notabene adalah music yang merakyat. Saking sukanya dengan music dangdut “koplo”, akhirnya penampilannya pun terkontaminasi, gaya rambutnya yang “gori” (gondrong mburi) dijadikan alasan kawan – kawannya untuk memanggil dia gondrong. Walaupun music dangdut “koplo” sering dikonotasikan music urak – urakan, tapi anak tidak seperti itu, sifatnya cukup pendiam, tapi sekali keluar kalimat dari mulutnya, akan merubah suasana. Dan inilah salah satu keahlian dia, merubah suasana ketika suasana sudah memulai membosankan.
Sapto, pria hitam manis (rodok mekso titik,hehe..), inilah putra seniman besar asal Salatiga. Sebenarnya bakat melukis Sang Ayah menurun deras kepadanya, tapi semua ini tidak membuatnya tertarik untuk menekuni bidang ini secara serius. Dia lebih suka berpetualang, mencari hal – hal baru yang menantang, makanya ketika kelompok ini ada acara wisata untuk merefresh pikiran, anak ini sangat dibutuhkan sekali, selain akomodasi transport, hehe…. Anak ini juga bisa bertindak sebagai penunjuk jalan. Karakter anak ini sangat tenang, pendiam, tapi sekali bicara membuat telinga menjadi merah padam, he.., cuek ? kadar kecuekan anak ini cukup tinggi, bahkan tertinggi nomer tiga dibawah banjo dan seno.
Begitulah karakter – karakter dari anak – anak tersebut, mereka menyakini “penampilan itu nomer 6, yang ke-1 sampai ke-5 tetap PANCASILA” !! Kenapa bisa begitu ? jawabannya akan dikisahkan di cerita selanjutnya.
Anda mungkin bertanya – Tanya, lho koq anggotanya lelaki semua, nggak ada perempuannya satu pun, apa jangan – jangan kumpulan anak – anak ini termasuk perkumpulan anak – anak yang…………….?. Jangan salah dulu, semua anak – anak ini dijamin 100% normal, kalo nggak percaya, coba datang, temui mereka, dan buktikan. Hehe…, lalu kenapa tidak ada perempuannya ? Ini juga akan dibahas dicerita selanjutnya………………..
*To be Continue - Bersambung

Readmore »»

Bernostalgia Dengan Masa Lalu

Kamis, 3 Desember 2009, pukul 03.50, aku terbangun dari tidurku. Rasanya, males banget untuk langsung beranjak dari tempat tidur. Lalu, aku pun memilih untuk duduk sambil nyender (bersandar) dinding kamarku dulu, dan tetap… masih diatas kasur tempat aku tidur malam itu. Aku berfikir, merenung, dan melamun. Entah, aku sendiri juga bingung tentang apa yang aku fikirkan, tentang apa yang renungkan. Tak lama kemudian adzan subuh dari masjid samping rumahku pun memecahkan, atau bahasa yang agak puitisnya, hehe… mengaburkan apa yang fikirkan dan apa yang aku renungkan tadi.
Adzan subuh pun silih berganti berkumandang, selesai dari masjid yang satu, mulai lagi dari masjid yang lain, seperti bersahut- sahutan. Seolah – olah adzan subuh itu menguasai setiap sisi ruang kosong di pagi hari itu. Mau tak mau, semua itu mengalihkan pikiranku. Aku dengarkan, dan coba aku rasakan adzan subuh di pagi hari ini. Adzan subuh pagi hari ini seperti membuat hati ini terasa damai, sejuk, dan tentram. Semua masalah – masalah, dari skripsi, tugas – tugas dari dosen di kampus sampai pekerjaan rumah yang harus aku dilakukan pagi hari nanti, sejenak terlupakan. Akan tetapi tiba – tiba aku teringat, rasa – rasanya aku pernah mengalami adzan subuh seperti pagi hari ini, tentu yang saya maksud adalah makna dari adzan subuh itu, kalo cuma adzannya, setiap hari pun saya dengar ( ya… kalo nggak bangun kesiangan, hehe ).

Adzan subuh pagi hari ini seperti menarik ingatanku ke masa – masa 9 tahun yang lalu. Masa ketika aku masih menuntut ilmu di pondok, masa – masa jadi santri, hehe… . Ya bener banget, adzan subuh pagi hari ini seperti nostalgia masa lalu. Jujur, ini semakin membuat aku rindu masa – masa ketika masih di pondok, aku rindu bercanda – tawa, dan bersenda gurau bersama – sama kawan – kawan pada saat itu, aku rindu, dan apalah perasaan yang cocok untuk mengungkapkan, pokok e intinya aku kangen kalian kawan, kangen masa – masa persahabatan kita di masa itu. Ya… walaupun aku sadar dan aku sendiri menyakini, kita nggak akan pernah bisa kembali ke masa lalu, tapi saya kira nggak ada masalah untuk sekedar bernostalgia dengan masa lalu.

Readmore »»

Mau Sedikit Berbagi Cerita

Hari - hari yang menjemukan, membosankan, melelahkan, menjengkelkan, dan membuat ku mudah cepat marah, itulah segala unek - unek yang aku rasakan pada beberapa hari ini. Bukannya aku tidak bersyukur akan nikmat yang Tuhan berikan kepadaku, akan tetapi perasaan tersebut adalah representasi dari salah satu sisi kehidupanku. Kalau ditanya, berapa jumlah sisi kehidupanku, sebetulnya aku juga bingung akan menjawabnya. Akan tetapi saya yakin didalam diri saya ada beberapa sisi kehidupan, yang saling menopang satu dengan yang lainnya. Apabila satu sisi terluka pasti akan mempengaruhi sisi yang lain. Begitulah keyakinan saya, terdengar konyol, tapi nggak masalah, karena kita punya hak yang sama untuk mengeluarkan pendapat.

Sebetulnya apa sich yang membuat saya jengkel, bosan, marah dan lain sebagainya?, apakah keadaan atau situasikah yang menjadi penyebabnya?, ah..tidak, kalau saya hanya menyalahkan keadaan dan situasi itu terasa tidak fair kali ya?. Lalu apakah saya harus menyalahkan diri saya sendiri?, apa yang salah dengan diri saya?, memang, ini terasa cukup masuk akal juga, karena dari sini saya bisa berintropeksi serta mengevaluasi diri saya, terlepas dari segala kerumitan yang akan saya hadapi. Kemudian siapa lagi yang akan saya salahkan?, ah... lupakan itu semua, kalau saya sibuk mencari siapa yang salah, lama - lama saya bisa menyalahkan Tuhan, suatu hal yang sangat fatal dan bahaya.

Readmore »»

Rabu, 02 Desember 2009

Mencoba Yang Baru

Kenapa saya memilih judul "mencoba yang baru" ? Ya.. tentunya erat kaitannya dengan blog yang baru saya buat ini, blog baru ini mungki berbeda dengan blog - blog saya yang sudah terbit terlebih dahulu, blog ini lebih ringan ( isinya, tentunya ), lebih fun, dan tentunya tulisan - tulisan yang akan saya terbitkan dalam blog ini lebih.... gimana ya? Pokokna berbeda dengan blog - blog saya yang dulu, hehe...

Bagi temen - temen, yang kebetulan hobi blogwalking dan kebetulan mampir disini, monggo tak persilahkan, boleh kasih saran, atau kritik sekalipun. Tenang saja, saya orangnya nggak anti- kritik kok, justru saya sangat senang jika anda bersedia memberikan kritik kepada saya, kritik yang tajam sekalipun akan saya terima dengan tangan terbuka, hehe... . Nggak usah takut - takut, malu - malu, wis pokok e anggep saja rumah sendiri ya, haha..
Readmore »»