Minggu, 06 Desember 2009

Manis - Asin Sebuah Persahabatan (Pengantar)

Kisah ini bercerita tentang sebuah persabatan (tentunya kalau membaca judul dari tulisan ini) beberapa anak manusia, persahabatan ini berawal dari kampus di sebuah perguruan tinggi swasta di Solo, eh.. ralat bukan Solo, tapi meh Solo, selayaknya kepanjangan dari nama universitas tersebut UMS ( Universitas Meh Solo ), hehe…
Mereka pertama kali bertatap muka ketika masa – masa OSPEK, ya.. selayaknya mahasiswa baru gitu, pertama kali lagaknya masih kaku dan malu – malu gimana gitu. Tapi setelah beberapa hari, suasana percakapan mereka pun sudah sedikit cair, berani bersenda – gurau, tertawa – tawa, pokoknya selayaknya sahabat akrab gitu deh…. . Kemana – mana pun bersama – sama, pokoknya semakin hari, semakin tambah akrab sekali.

Mereka membuat sebuah perkumpulan sendiri, seolah – olah memisahkan diri dari dunia kampus yang pada saat itu seperti sebuah panggung pentas drama, yang diatas panggungnya berdiri sekumpulan artis – artis yang pandai bersolek (dandan). Cuek kronis…!, inilah salah satu karakter dari sekumpulan anak - anak malang ini, joinan rokok, dandanan agak slenge’an, ceplas – ceplos, itu semua dilakukannya dengan enjoy.. tanpa beban, seperti dunia ini hanya mereka yang menguasai.
Perkumpulan anak – anak malang ini, pertama kali terdiri dari 8 orang anggota, dari setiap anggota – anggota itu pun memiliki karakter unik sendiri – sendiri. Adapun nama – nama anggota beserta karakter dari ke 8 orang tersebut, bisa dibaca dibawah ini :
Benjo, begitulah sapaan akrabnya, anak Boyolali, tampang boleh lah.. (boleh dihina maksudnya, hehe..), sebenarnya memiliki nama asli Supriyadi Dwi Atmojo, nama yang indah dan berwibawa, asli pemberian orang tuanya, cukup indah bukan ? tapi temen – temennya lebih suka manggil dia “Benjo”, simple, begitulah alasan temen – temennya. Karakter anak ini sangat unik, unik sekali bahkan, super cuek, super ceplas – ceplos (waton njeplak, kalo bahasa jawa-nya), pokoknya yang super – super deh……..
Guntur, anak Boyolali juga, bertampang lumayan rupawan (inget lho… lumayan bukan mutlak), orangnya pemberani (kalo orang – orang bilang Cong Culin.. gitu ), ceplas – ceplos juga sih.. tapi mungkin masih sedikit mikir – mikir, he.., cuek ? Pastinya lah…
Memet, anak Boyolali juga ni.., tampangnya lumayan (lumayang enak untuk ditampar, maksudnya, hehe…), agak playboy dikit. Karakter anak ini sebenarnya agak pemalu, (ya.. walaupun kadang – kadang malu – maluin juga sich…,hehe..), agak berbeda dengan rekan – rekan yang lainnya karena anak ini untuk masalah kadar kecuekan, tingkatannya cukup rendah, ini terlihat dari busana yang dia pakai sehari – hari, cukup fashionable, walaupun terkadang terlihat seperti dipaksakan sich… . Mungkin kalian berpikir, “koq bisa ya anak ini masuk dalam jajaran perkumpulan anak – anak nggak jelas seperti ini?, padahal gaya berpakaiannya cukup up-to-date ? ini kan bertolak belakang dengan prinsip kelompok ini?”, sebentar… jangan salah dulu, ok lah anak ini penampilannya cukup rapi,, tapi anak ini mempunyai keahlian khusus dalam bidang mengkoordinasi kawan – kawannya untuk patungan membeli rokok, ini jarang – jarang lho..! dan bisa dibilang keahlian yang cukup langka, selain itu juga gaya bicaranya yang halus tapi nylekit juga bisa jadi bahan pertimbangan masuknya dia ke kelompok perkumpulan ini.
Seno, anak rantau dari sumatera, lampung tepatnya, anak ini cueknya minta ampun, mempunyai kadar kecuekan tertinggi kedua setelah benjo, bicaranya juga ceplas – ceplos. Berfikir kritis itulah yang biasanya dia utarakan, radikal dalam bertindak adalah satu sifatnya, dan inilah yang membedakan dia dengan teman – teman yang lainnya. Minum kopi, bersantai ria sambil menghisap berbatang – batang rokok adalah salah satu hobi yang cukup rutin dia lakukan. Karena terlalu concern kepada hobinya tadi, sampai – sampai dia jarang masuk kuliah. Dan inilah salah satu contoh kelakuan radikal Seno, yang sering dia keluarkan, hehe….
Bayu, anak Klaten, bertubuh besar (gendut lebih tepatnya..), tinggi (eh.. nggak tinggi – tinggi amat sich..), cukup cuek, agak ceplas – ceplos, sok- bijak, dan sok-idealis. Kritis, itulah tradisi berkipikir yang dia pakai, sama seperti Seno, inilah yang membuat dia dengan Seno cocok kalo berdiskusi, ngobrol, bahkan kalo sedang asyik – asyiknya bisa sampai berjam – jam. Ada yang unik sich.. kalo Seno tadi kan bertingkah laku radikal, sama, bayu juga radikal, tapi hanya dalam tahap pemikiran. Jadi selain dia tanamkan berfikir kritis, dia juga sedikit menanamkan radikalisme dalam pola pikirnya. Anak ini cukup rajin dalam hal perkuliahan, jadi kadang – kadang dia berada di garda depan jikalau terjadi serangan mendadak yang diluncurkan oleh dosen – dosen.
Kokom, pemuda wonogiri, pemilik nama asli Khomari Edi Setiawan ini adalah pengagum berat icon music reggae, siapa lagi kalau bukan Bob Marley. Karena sangat mengagumi Bob Marley, sampai – sampai penampilannya pun selayaknya anak – anak reggae. Tidak sulit mencari anak ini di kampus, karena selain model – model seperti ini sangat langka ditemui dilingkungan kampus UMS, dia juga cukup rajin masuk kuliah. Kalau memang Anda ingin menemuinya, datang saja ke kampus UMS, dan coba cari orang dengan ciri – ciri seperti ini : badan cungkring, rambut gimbal, berbekal rokok ditangan kanan, kalo jalan santainya minta ampuuunn…. , santainya ibarat alunan irama reggae. Karakter anak ini juga tidak jauh – jauh dari music reggae, santai, tanpa beban, cuek, dan tentunya slenge’an. Berangkat dari karakter santainya ini, dia sering menjadi moderator ketika kawan – kawannya yang lain sedang berselisih pendapat.
Gondrong, dilahirkan di Sukoharjo, bernama asli Ade Fajar Sumirat, anak seorang pejabat, hobi ngulik – ngulik motor dan gitar. Walaupun anak pejabat, penampilan anak ini sangat sederhana sekali, buktinya dia sangat menyukai alunan music dangdut “koplo” yang notabene adalah music yang merakyat. Saking sukanya dengan music dangdut “koplo”, akhirnya penampilannya pun terkontaminasi, gaya rambutnya yang “gori” (gondrong mburi) dijadikan alasan kawan – kawannya untuk memanggil dia gondrong. Walaupun music dangdut “koplo” sering dikonotasikan music urak – urakan, tapi anak tidak seperti itu, sifatnya cukup pendiam, tapi sekali keluar kalimat dari mulutnya, akan merubah suasana. Dan inilah salah satu keahlian dia, merubah suasana ketika suasana sudah memulai membosankan.
Sapto, pria hitam manis (rodok mekso titik,hehe..), inilah putra seniman besar asal Salatiga. Sebenarnya bakat melukis Sang Ayah menurun deras kepadanya, tapi semua ini tidak membuatnya tertarik untuk menekuni bidang ini secara serius. Dia lebih suka berpetualang, mencari hal – hal baru yang menantang, makanya ketika kelompok ini ada acara wisata untuk merefresh pikiran, anak ini sangat dibutuhkan sekali, selain akomodasi transport, hehe…. Anak ini juga bisa bertindak sebagai penunjuk jalan. Karakter anak ini sangat tenang, pendiam, tapi sekali bicara membuat telinga menjadi merah padam, he.., cuek ? kadar kecuekan anak ini cukup tinggi, bahkan tertinggi nomer tiga dibawah banjo dan seno.
Begitulah karakter – karakter dari anak – anak tersebut, mereka menyakini “penampilan itu nomer 6, yang ke-1 sampai ke-5 tetap PANCASILA” !! Kenapa bisa begitu ? jawabannya akan dikisahkan di cerita selanjutnya.
Anda mungkin bertanya – Tanya, lho koq anggotanya lelaki semua, nggak ada perempuannya satu pun, apa jangan – jangan kumpulan anak – anak ini termasuk perkumpulan anak – anak yang…………….?. Jangan salah dulu, semua anak – anak ini dijamin 100% normal, kalo nggak percaya, coba datang, temui mereka, dan buktikan. Hehe…, lalu kenapa tidak ada perempuannya ? Ini juga akan dibahas dicerita selanjutnya………………..
*To be Continue - Bersambung

0 komentar:

Posting Komentar