Sabtu, 26 Desember 2009

Refleksi Hari Ibu : Memandang Perempuan Dari Perspektif Lain, Sebuah Usaha Pembebasan Dari Belenggu Patriarkal.

Sebenarnya tulisan ini secara khusus akan saya terbitkan di blog saya ini bertepatan dengan Hari Ibu tanggal 22 Desember. Akan tetapi dikarenakan kesibukan saya (*hehe… sok sibuk sich), tulisan ini baru bisa diterbitkan sekarang. Ada hikmah dibalik keterlambatan (terbit) tulisan ini, hikmahnya saya mendapatkan sumber yang cukup bagus dari salah satu kawan FB saya (*yang tulisannya akan kami sertakan disini).

Memandang perempuan dari perspektif lain, itulah tema yang saya angkat disini, jadi disini kita mencoba memperbaharui sebuah pandangan, tentunya pandangan / pendapat yang sudah mapan, tentang perempuan. Dimana pandangan yang baru ini akan menjadi sebuah counter ideology dari pandangan yang sudah mapan. Mengapa pandangan kita perlu diperbaharui ?, mengapa pula tidak mempertahankan pandangan yang sudah ada, atau sudah mapan dan akrab dengan pekiran kita?, mungkin didalam fikiran sidang pembaca sindhubayu.blogspot.com (*hehe…) bertanya – tanya seperti itu?. Jawabannya bisa kita temukan setelah Anda membaca keseluruhan tulisan ini

Bung Ismantoro Dwi Yuwono, dialah salah satu kawan FB saya, dari beliaulah saya mendapatkan sumber yang cukup menarik, tentunya tentang pandangan beliau terhadap kaum perempuan (khususnya : Ibu). Bagaimana pandangannya terhadap perempuan ?, mari kita baca tulisan dibawah ini :

Sebagian orang mengatakan bahwa kemampuan intelektual perempuan lebih inferior, lebih lemah, lebih emosional dan hanya sekedar pelengkap dari eksistensi laki-laki ketimbang mitra yang sejajar untuk laki-laki! Bagi-ku pernyataan-peryataan tersebut sangatlah bias gender dan sesat!! Bagi-ku perempuan adalah sosok manusia yang cerdas, perkasa dan ... See More memiliki kesejajaran dengan laki-laki. Coba kita kilas balik ketika Adam dan Hawa diciptakan, lalu kita bertanya: Apa yang menyebabkan Adam dan Hawa dilempar ke bumi oleh Tuhan?! Jawab: Itu karena kecerdasan yang dimiliki oleh Siti Hawa. Kalao memang laki-laki lebih pintar, kenapa Siti Hawa mampu untuk meyakinkan Adam untuk memakan buah kuldi?! Harus digaris bawahi, kemampuan untuk meyakinkan seseorang adalah kemampuan yang luar biasa yang dimiliki oleh seseorang. Aktivitas meyakini ini membutuhkan kecerdasan yang memadai dan daya kritis yang terasah.... Yah, Siti Hawa mampu untuk melakukan hegemoni intelektual ke dalam kesadaran Adam!! Secara analogis buah kuldi yang dimaksud tersebut, sebenarnya adalah ilmu pengetahuan.... Tuhan, ketika itu, melarang Adam dan Hawa untuk memakan buah kuldi tersebut, karena Tuhan takut manusia nantinya akan memiliki pengetahuan, yang pada gilirannya akan membawa manusia untuk menjadi seperti Tuhan (ingat Tuhan dekat di hati kita semua, lebih dekat ketimbang urat leher kita!!). Untuk keperkasaan, sebenarnya perempuan lebih perkasa dari laki-laki: Ia mampu melahirkan satu bentuk kehidupan baru (baca: Regenerasi), karena perempuanlah manusia membiak dan membentuk peradaban-peradaban yang melampaui kodratnya sebagai sendiri sebagai manusia!! Bersimpuh-ku ditelapak kaki perempuan, dan tidak berlebihan apabila surga ada di bawah telapak kaki perempuan (baca:Ibu).( Naskah Asli, Tanpa Proses Editing)

Pandangan dari Bang Isman tadi adalah salah satu dari beberapa pandangan yang saya anggap berbeda dengan pandangan yang sudah mapan sekarang ini tentang perempuan. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa pandangan yang ada sekarang ini (yang mapan) tentang perempuan terlalu bias (kekeliruan) jender, timpang, dan menumbuhkan rasa ketidakadilan, tentunya bagi kaum perempuan. Sebagai contoh, sebuah pandangan yang menganggap bahwa perempuan itu adalah pengggoda, perempuan itu racun, perempuan itu lemah, perempuan itu hanya konco wingking, dll, pandangan – pandangan tadi seolah – olah memberikan sebuah stereotip (cap negative) bagi kaum perempuan. Belenggu patriarkal, yang menganggap bahwa laki – lakilah yang dominan itu semua jelas – jelas merupakan sebuah pandangan yang bias jender, tidak adil, dan jauh dari prinsip kesetaraan hak, dan tentunya mengingkari Hak Asasi Manusia.

Termasuk pula keyakinan yang mengataka bahwa kodratnya perempuan itu dibawah (dikuasai laki – laki), ini pandangan yang rancu, absurd. Bicara masalah kodrat, kodrat adalah pemberian Sang Pencipta kepada yang diciptakannya. Sifat kodrat ini sulit, bahkan tidak bisa dirubah. Sebagai contoh kodrat laki – laki dan perempuan, bahwa laki – laki memiliki penis, perempuan memiliki vagina, ini adalah sebuah kodrat yang sulit untuk dirubah. Meskipun seiring kemajuan teknologi sekarang ini bisa merubah alat kelamin, tetapi yang perlu digaris bawahi disini bahwa perubahan itu tidak sampai pada perubahan fungsinya. Inilah yang dinamakan kodrat menurut saya.

Lebih parahnya lagi kita terkadang hanya memaknai perjuangan jender itu adalah perjuangannya kaum perempuan untuk merebut dominasi laki – laki dan menggantinya dengan dominasi perempuan. Kita kliru jika memaknai jender itu dalam arti jenis kelamin, dan parahnya lagi, jenis kelamin yang dimaksud jenis kelamin perempuan. Sebenarnya apa sih jender ?, menurut Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa jender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki – laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Jadi perlu kita garis bawahi disini, yang namanya perjuangan jender itu berlaku untuk keseluruhan, baik perempuan dan laki – laki

Prinsip kesetaraan dan keadilanlah yang seharusnya dikejar dalam perjuangan jender.Termasuk juga usaha pembesasan dari jeratan belenggu patriarkal harus dilakukan untuk menghindari ketimpangan dan ketidakadilan. Ini semua bisa kita lakukan salah satunya dengan cara membuat sebuah counter indeology (ideology tandingan) untuk melawan pandangan yang sudah mapan sekarang ini (yang sarat dengan ketidakadilan). Dan yang perlu ditekankan lagi disini, tujuan pembebasan ini antara lain, agar di hari esok laki – laki dan perempuan bisa hidup berdampingan dalam sebuah bingkai keadilan.

0 komentar:

Posting Komentar